materi kuliah

Thursday 12 April 2012

Kemampuan Sumber Daya Manusia Dalam Kompleksitas Tugas


Kemampuan Sumber Daya Manusia Dalam Kompleksitas Tugas
Seperti dijelaskan oleh Anthony et all (1996 : 33), alasan utama keberadaan organisasi adalah bahwa mereka dapat melaksanakan tugas-tugas secara lebih efektif dan efisien dibandingkan individu melakukan sendiri. Untuk itu, organisasi akan membagi pekerjaaannya kedalam unit-unti yang dinamakan tugas dan mengalokasikan tugas tersebut diantara pekerja. Pembagian kerja kedalam tugas ini dinamakan dengan diferensiasi. Diferensiasi ini dibagi kedalam tiga tipe dasar diferensiasi (Anthony et al, 1996 : 35 – 38 ; Reiney; 1997 : 174 ; Hall , 1991 : 52) dijelaskan, organisasi dapat dibagi-bagi secara horisontal kedalam banyaknya jumlah posisi yang berbeda pada tingkatan yang sama, secara vertikal kedalam banyaknya level hirarki, dan secara spasial melalui banyaknya jumlah tempat yang tersebar secara luas.
Kompleksitas merujuk pada tingkat diferensiasi (pemisahan tugas-tugas yang ada pada suatu organisasi). Semakin kompleks organisasi, semakin dibutuhkan koordinasi, kontrol komunikasi yang efektif.
Diferensiasi mencakup tiga aspek yaitu : pertama, diferensiasi horizontal merupakan pemisahan horizontal antar-unit-unit organisasi berdasarkan perbedaan orientasi unit organisasi. Diferensiasi horizontal dipisahkan juga berdasarkan bidang/urusan pemerintahan, kewenangan yang dimiliki dan pengelompokan bidang tugas organisasi. Diferensiasi horisontal menunjuk pada pembagian kerja yang dilakukan ke dalam tugas dan sub tugas pada level organisasi yang sama. Diferensiasi horisontal direpresentasikan melalui jumlah individu atau unit yang berbeda pada level organisasi yang sama.
Kedua, diferensiasi vertikal, merujuk pada kedalaman hierarki organisasi. Dalam kaitan ini makin tinggi/dalam struktur organisasi makin kompleks dan semakin tinggi potensi distorsi komunikasi dari top manajemen ke pegawai paling bawah. Selain itu, perlu diperhatikan pula rentang kendali, yaitu jumlah pegawai yang diatur secara efektif oleh seorang pimpinan. Semakin kompleks pekerjaan semakin memerlukan pengawasan.  Diferensiasi vertikal mengacu pada pembagian kerja melalui level wewenang, hirarki atau kesatuan komando. Di sini, pekerjaan dibagi dengan mendasarkan pada wewenang masing-masing unit atau orang melebihi unit atau orang lain dalam organisasi. Diferensiasi vertikal ini direpresentasikan melalui jumlah level yang berbeda dalam organisasi. Sejumlah penulis seperti Hagel (1965), Price (1968), Blaau dan Schoenher (1971) membuat devisi yang spesifik mengenai kompleksitas yang horisontal ini (Hall, 1991 : 53). Hage mendefinisikan kompleksitas sebagai spesialisasi dalam organisasi yang diukur dari jumlah jabatan spesialis dan lamanya pelatihan yang dibutuhkan oleh masing-masing. Semakin besar jumlah jabatan dan semakin lama periode pelatihan yang dibutuhkan, semakin komplek organisasi. Sedangkan  Price mengatakan bahwa kompleksitas didefinisikan sebagai derajat pengetahuan yang dibutuhkan untuk menghasilkan output sistem. Derajat kompleksitas organisasi dalam hal ini dapat diukur melalui derajat pendidikan anggotanya. Pendekatan lain diajukan oleh Blaau dan Schoenher yang mendefinsikannya sebagai jumlah posisi dan sub unit yang berbeda dalam organisasi dan penekanannya adalah pada struktur formal yang didefinisikan oleh organisasi.
Ketiga, diferensiasi spasial merujuk pada sejauh mana lokasi fasilitas dan pegawai tersebar secara geografis. Semakin jauh dan tersebar fasilitas dan pegawai akan semakin kompleks organisasi tersebut sehingga perlu desentralisasi. Direferensiasi spasial atau dispersi dapat bersifat horisontal maupun vertikal. Aspek direferensiasi ini mencakup lokasi geografis dari aktivitas organisasi yang berbeda. Tingkat kompleksitas organisasi secara umum ditentukan oleh jumlah direferensiasi horisontal, vertikal, dan spasial yang ada.


No comments:

Post a Comment