Kemampuan Sumber Daya Manusia Dalam Kompleksitas Tugas
Seperti dijelaskan oleh Anthony et all (1996 : 33), alasan
utama keberadaan organisasi adalah bahwa mereka dapat melaksanakan tugas-tugas
secara lebih efektif dan efisien dibandingkan individu melakukan sendiri. Untuk
itu, organisasi akan membagi pekerjaaannya kedalam unit-unti yang dinamakan
tugas dan mengalokasikan tugas tersebut diantara pekerja. Pembagian kerja
kedalam tugas ini dinamakan dengan diferensiasi. Diferensiasi ini dibagi
kedalam tiga tipe dasar diferensiasi (Anthony et al, 1996 : 35 – 38 ; Reiney;
1997 : 174 ; Hall , 1991 : 52) dijelaskan, organisasi dapat dibagi-bagi secara
horisontal kedalam banyaknya jumlah posisi yang berbeda pada tingkatan yang
sama, secara vertikal kedalam banyaknya level hirarki, dan secara spasial
melalui banyaknya jumlah tempat yang tersebar secara luas.
Kompleksitas
merujuk
pada tingkat diferensiasi (pemisahan tugas-tugas yang ada pada suatu organisasi). Semakin kompleks organisasi, semakin
dibutuhkan koordinasi, kontrol
komunikasi yang efektif.
Diferensiasi mencakup tiga
aspek yaitu : pertama, diferensiasi horizontal merupakan pemisahan horizontal antar-unit-unit
organisasi berdasarkan perbedaan orientasi
unit organisasi. Diferensiasi horizontal dipisahkan juga berdasarkan bidang/urusan pemerintahan, kewenangan
yang dimiliki dan pengelompokan bidang
tugas organisasi. Diferensiasi horisontal menunjuk pada pembagian kerja yang dilakukan
ke dalam tugas dan sub tugas pada level organisasi yang sama. Diferensiasi horisontal
direpresentasikan melalui jumlah individu atau unit yang berbeda pada level
organisasi yang sama.
Kedua, diferensiasi vertikal, merujuk pada
kedalaman hierarki organisasi. Dalam kaitan
ini makin tinggi/dalam struktur organisasi makin kompleks dan semakin tinggi potensi distorsi komunikasi dari
top manajemen ke pegawai paling bawah.
Selain itu, perlu diperhatikan pula rentang kendali, yaitu jumlah pegawai yang diatur secara efektif oleh
seorang pimpinan. Semakin kompleks pekerjaan
semakin memerlukan pengawasan. Diferensiasi vertikal mengacu pada
pembagian kerja melalui level wewenang, hirarki atau kesatuan komando. Di sini,
pekerjaan dibagi dengan mendasarkan pada wewenang masing-masing unit atau orang
melebihi unit atau orang lain dalam organisasi. Diferensiasi vertikal ini
direpresentasikan melalui jumlah level yang berbeda dalam organisasi. Sejumlah
penulis seperti Hagel (1965), Price (1968), Blaau dan Schoenher (1971) membuat
devisi yang spesifik mengenai kompleksitas yang horisontal ini (Hall, 1991 :
53). Hage mendefinisikan kompleksitas sebagai spesialisasi dalam organisasi
yang diukur dari jumlah jabatan spesialis dan lamanya pelatihan yang dibutuhkan
oleh masing-masing. Semakin besar jumlah jabatan dan semakin lama periode
pelatihan yang dibutuhkan, semakin komplek organisasi. Sedangkan Price mengatakan bahwa kompleksitas
didefinisikan sebagai derajat pengetahuan yang dibutuhkan untuk menghasilkan
output sistem. Derajat kompleksitas organisasi dalam hal ini dapat diukur
melalui derajat pendidikan anggotanya. Pendekatan lain diajukan oleh Blaau dan
Schoenher yang mendefinsikannya sebagai jumlah posisi dan sub unit yang berbeda
dalam organisasi dan penekanannya adalah pada struktur formal yang
didefinisikan oleh organisasi.
Ketiga,
diferensiasi spasial merujuk
pada sejauh mana lokasi fasilitas dan pegawai tersebar secara geografis. Semakin jauh dan tersebar
fasilitas dan pegawai akan semakin
kompleks organisasi tersebut sehingga perlu desentralisasi. Direferensiasi spasial atau dispersi
dapat bersifat horisontal maupun vertikal. Aspek direferensiasi ini mencakup
lokasi geografis dari aktivitas organisasi yang berbeda. Tingkat kompleksitas
organisasi secara umum ditentukan oleh jumlah direferensiasi horisontal,
vertikal, dan spasial yang ada.
No comments:
Post a Comment