Pandangan tentang organisasi sebagai suatu budaya merupakan
pandangan yang relatif baru (Robbin,
1996). Robbins menyebutkan, dua puluh tahun
yang lalu, sebagian besar organisasi semata-mata dipandang sebagai alat
yang rasional untuk mengkoordinasi dan mengendalikan sekelompok orang.
Didalamnya ada tingkat-tingkat vertikal, departemen, hubungan wewenang, dan
seterusnya. Namun organisasi sesungguhnya lebih dari itu. Organisasi juga
mempunyai kepribadian, persis seperti individu; bisa tegar atau fleksible,
tidak ramah atau mendukung , inovatif
atau konservatif.
Para teoritisi organisasi, akhir-akhir ini, telah mulai
mengakui hal ini dengan menyadari peran penting yang dimainkan budaya tersebut
dalam kehidupan anggota-anggota organisasi. Hal yang menarik bahwa asal-usul
budaya sebagai suatu variabel independen yang mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang karyawan dapat dirunut balik hampir 50 tahun yang lalu pada gagasan
pelembagan (institusional). Bila suatu organisasi menjadi terlembaga,
organisasi itu memiliki kehidupannya tersendiri, terlepoas dari para pendirinya
atau sipapun anggotanya .Disamping itu bila suatu organisasi menjadi terlembaga
, organisasi itu dihargai untuk dirinya, tidak sekedar barang atau jasa yang
dihasilkan.
Robbins mengartikan bahwa budaya organisasi adalah suatu
sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan
organisasi itu dari organisasi lain. Sistem makna bersama ini, bila diamati
dengan lebih seksama, merupakan seperangkat karakterristik utama yang dihargai
oleh organisasi itu. Ada tujuh
karakteristik primer budaya suatu organisasi.
1.
Inovasi dan pengambilan resiko.
Sejauh mana para karyawan didorong untuk inovasi dan mengambil resiko.
2.
Perhatian ke rincian . Sejauh mana
para karyawan diharapkan memperlihatkan presisi (kecermatan), analisis, dan
perhatian kepada rincian .
3.
Orentasi hasil. Sejauh mana
manajemen memfokuskan pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan
untuk mencapai hasil itu.
4.
Orientasi manusia. Sejauh mana
keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang didalam
organisasi itu.
5.
Oreantasi tim. Sejauh mana kegiatan
kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, bukannya individu-individu.
6.
Keagresifan. Sejauh mana
orang-orang itu agresif dan kompetitif dan bukannya santai-santai
7.
Kemantapan. Sejauh mana kegiatan
organisasi menekankan dipertahankannya status quo sebagai kontras dari
pertumbuhan
berikut kami sajikan paper mengenai budaya organisasi
ReplyDeletehttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/2662/1/Psi-7.pdf